MASYARAKAT
DESA DAN KOTA
Kita sering mendengar jenis-jenis masyarakat,
seperti masyarakat desa dan masyarakat kota. Desa dan kota memiliki perbedaan baik
secara fisik maupun secara social.
1. Masyarakat Pedesaan
Sebuah desa sering ditandai
dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hiluk pikuk keramaian,
penduduk-penduduknya ramah-tamah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian
penduduknya kebanyakan sebagai petani atau nelayan.
Orang di desa mempunyai
hubungan lebih erat dan mendalam antar sesame warganya. Sitem kehidupan biasanya
bekelompok, atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup
dari pertanian atau nelayan, meskipun pekerjaan yang lain pun ada seperti tukang
kayu atau tukang batu. Sering ditemukan bukti, ketika musim bertani datang,
mereka yang bekerja diluar pertanian hanya untuk sementara saja, ketika pekerjaan
bertani sedang tidak dilakukan, mereka melakukan pekerjaan di luar pertanian.
Pekerjaan bertani biasanya
dilakukan bersama-sama antara anggota masyarakat desa lainnya.Hal itu merakalakukan,
karena biasanya satu keluarga saja tidak cukup melakukan pekerjaan tersebut. Sebagai
akibat dari kerja sama ini, timbullah kebiasaan dalam masyarakat yang namanya gotong
royong. Oleh karena itu, pada masyarakat desa, jarang dijumpai pekerjaan berdasarkan
keahlian, akan tetapi biasanya pekerjaan didasarkan pada usia (karena kekuatan fisiknya)
dan jenis kelamin.
Usia dan ketokohan sangat
berperan dalam kehidupan orang desa. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan,
pada umumnya memegang peranan penting. Orang-orang akan selalu meminta nasihat-nasihat
kepada mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukarannya adalah
bahwa orang-orang tua itu mempunyai pandangan-pandangan yang didasarkan pada tradisi
yang kuat, sehingga perubahan akan sangat sulit terjadi. Desa mengalami perubahan,
sehingga unsur-unsur kota masuk di dalamnya. Begitu pula kota, meskipun disebut
sebuah kota, ciri-ciri atau kebiasaan desa masiha da yang melekat di dalamnya.
2. Masyarakat Perkotaan
Sebuah kota sering kali
ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya yang luas, banyak penduduknya,
hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan mata pencaharian penduduknya bermacam-macam. Antara satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lain sangat erat
kaitannya, ada yang saling ketergantungan di antara mereka. Ibu-ibu rumah tangga
sangat tergantung pada tukangs ayur, pada tukang listrik, pada tukang gas,
sehingga kegiatan rumah tangga akan terganggu kalau salah satu di antara mereka
tidak ada. Pekerjaan mengoperasi pasien di rumah sakit, akan melibatkan banyak macam
profesi, seperti dokter ahli penyakit, dokter ahli bedah, dokter ahli anestesi
(pembiusan), dan operator lainnya. Seorang pelajar, pegawai atau pekerjalainnya,
akan terganggu aktivitasnya bila para sopir angkutan umum melakukan mogok kerja.
Begitu pula, para sopir atau para pengguna kendaraan lainnya akan terganggu aktivitasnya
bila para penjual bensin dan bahan bakar lainnya mogok kerja.
Ada saling ketergantungan
yang tinggi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya karena perbedaan
pekerjaannya. Satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lainnya ada saling ketergantungan.
Saling ketergantungan antarsatu anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya
yang disebabkan karena perbedaan pekerjaan (heterogenitas pekerjaan) menurut
Emile Durkheim disebut dengan solidaritas
organis (organic solidarity).
Di sisi lain masyarakat desa memiliki jenis pekerjaan
yang sama, seperti bertani, berladang, atausebagainelayan.kehidupan orang desa
yang memilikijenispekerjaan yang sama (homogeny) sangat menggantungkan pekerjaannya
kepada keluarga lainnya. Mereka tidak bias mengerjakan semuanya oleh keluarganya
sendiri. Untuk mengelolah tanah, memanen padi, atau pekerjaan bertani lainnya,
mereka harus sepakat dengan yang lain menunggugiliran. Begitu pula jika ada pekerjaan
lain, seperti membuat atau memperbaiki rumah, mereka sudah atur waktunya supaya
bias dikerjakan bersama-sama. Saling ketergantuingan pada masyarakat yang
disebabkan oleh karena adanya persamaan dalam bidang pekerjaan oleh Emile
Durkheim disebut dengan solidaritas mekanis
(mechanic solidarity).
REFERENSI
Apter, David. 1987. Politik Modernisasi. Jakarta: PT
Gramedia.
Bartens, K. 2000. Etika, (cet. Kelima) Gramedia Pusaka
Utama, Jakarta.
Bloch, Eric, 1986.
Scientific and Technology Literacy,the Need and
the Challenge, Baltimore, MD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar